Mei 13, 2025 – Timur Tengah, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, memulai lawatan penting ke tiga negara di kawasan Teluk: Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA). Perjalanan diplomatik ini berlangsung di tengah ketegangan regional yang terus meningkat akibat konflik di Gaza, isu keamanan terkait Iran, serta dinamika hubungan dengan Israel.
Dalam kunjungan yang dijadwalkan berlangsung pada 13 hingga 16 Mei ini, Trump membawa sejumlah agenda yang dinilai sarat muatan politik.
Di antaranya adalah rencana peresmian penggunaan istilah “Teluk Arab” untuk menyebut wilayah perairan yang selama ini dikenal secara internasional sebagai Teluk Persia. Meskipun tidak memiliki kewenangan formal untuk mengubah nomenklatur geografis global, langkah tersebut diyakini sebagai bentuk dukungan simbolis kepada negara-negara Arab, yang telah lama mengusulkan penamaan itu.
Iran, di sisi lain, tetap memegang klaim historis atas penyebutan Teluk Persia, sehingga langkah Trump ini berpotensi memicu respons keras dari Teheran. Isu penamaan ini menjadi salah satu indikator bagaimana simbolisme bisa memainkan peran besar dalam politik kawasan.
Trump juga dikabarkan akan menyampaikan sebuah pernyataan penting selama kunjungannya. Meski belum ada rincian yang diberikan, ia menyebut pengumuman tersebut sebagai salah satu yang paling krusial dalam beberapa tahun terakhir. Spekulasi pun berkembang mengenai apakah pengumuman itu berkaitan dengan hubungan AS di kawasan atau kebijakan geopolitik yang lebih luas.
Lawatan ini menandai salah satu upaya terbaru Trump dalam mempertahankan pengaruh politik luar negeri, sekaligus menguji bagaimana negara-negara Teluk merespons dinamika diplomatik yang penuh risiko di tengah ketegangan yang belum mereda.